Plasenta Previa
1) Pengertian Plasenta Previa
Ø Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya abnormal, yaitu terletak pada segmen bawah uterus sehingga dapat menuutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir. Pada keadaan normal plasenta terletak di bagian atas uterus.
Ø Plasenta Previa adalah Plasenta yang letaknya abnormal, yaitu pada segmen bawah uterus sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir (Wiknjosostro, 2005).
Ø Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya abnormal yaitu pada segmen bawah uterus sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir.
Ø Plasenta previa merupakan plasenta yang letaknya abnormal yaitu pada segmen bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir (ostium uteri internum) (Akbid Bustanul Langsa , 2008).
2) Klasifikasi Plasenta Previa
Klasifikasi plasenta previa yaitu :
Ø Plasenta previa totalis adalah apabila Ostium interna tertutup seluruhnya oleh plasenta
Ø Plasenta previa parsial adalah apabila Ostium interna tertutup sebagian oleh plasenta
Ø Plasenta previa marginal adalah apabila tepi plasenta berada pada batas ostium interna
Ø Plasenta letak rendah adalah apabila plasenta berimplantasi pada segmen bawah rahim dimana tepi plasenta tidak mencapai ostium interna, tetapi berdekatan dengan ostium tersebut atau bila plasenta berada 3-4 cm diatas pinggir pembukaan jalan lahir (Sarwono Prawiirohardjo, 1999: 365 ; AKBID Bustanul Ulum Langsa, 2008 ; Hanafiah, 2004 ; Yoseph, 1996 ; Agung Hidayat, 2009 ; F. Gary Cunningham dkk, 2005).
Klasifikasi plasenta previa sebagian besar akan bergantung pada pembukaan serviks saat diperiksa. Sebagai contoh, pada plasenta letak rendah pada pembukaan 2 cm dapat menjadi plasenta previa parsial pada pembukaan 8 cm karena karena servik yang berlatasi akan memajankan plasenta. Sebaliknya, plasenta previa yang tampak total sebelum pembukaan serviks dapat menjadi parsial pada pembukaan 4 cm karena serviks berdilatasi di luar tepi plasenta.
Gambar 1. Plasenta Previa
Gambar 2. Lokasi Plasenta Previa
3) Etiologi
Penyebab plasenta previa secara pasti sulit ditentukan. Plasenta previa sering dihubungkan dengan multipara, gestasi berkali-kali, umur kehamilan dini, kelahiran dengan sesarea sebelumnya, abortus, dan mungkin merokok. Tetapi mengapa plasenta tumbuh pada segmen bawah uterus masih sulit diterangkan. Banyak pendapat tentang penyebab plasenta previa misalnya vaskularisasi yang berkurang atau perubahan atrofi pada dosidua akibat persalinan yang lampau. Tetapi hal tersebut tidak selalu benar. Dapat dimengerti bahwa apabila aliran darah ke plasenta tidak cukup atau diperlukan lebih banyak seperti pada kehamilan kembar, plasenta yang letaknya normal sekalipun akan meluaskan permukaannya, sehingga mendekati atau menutupi sama sekali pembukaan jalan lahir (Sarwono Prawiirohardjo, 1999 ; Lusa, 2010 ; Yuwielueninet, 2008 ; Wiknjosostro, 2005).
Dari penelitian diketahui usia ibu yang lanjut meningkatkan resiko plasenta previa. Lebih dari 169.000 kelahiran di Parkland Hospital dari tahun 1988 sampai 1999, insiden plasenta previa meningkat secara bermakna di setiap kelompok usia. Dari insiden plasenta previa diketahui terjadi pada 1 dari 1500 wanita berusia 19 tahun atau kurang dan 1 dari 100 wanita berusia lebih dari 35 tahun. Frederiksen dkk memperkirakan bahwa hal ini disebabkan oleh bergesernya usia populasi obstetris ke arah yang lebih tua (F. Gary Cunningham dkk, 2006).
4) Gambaran Klinis
Kejadian yang paling khas pada plasenta previa adalah perdarahan tanpa nyeri yang biasanya baru terlihat setelah kehamilan mendekati akhir trimester kedua atau sesudahnya. Namun demikian, banyak peristiwa abortus mungkin terjadi akibat lokasi abnormal plasenta yang sedang tumbuh. Sering perdarahan akibat plasenta previa terjadi tanpa tanda-tanda peringatan pada wanita hamil yang sebelumnya tampak sehat-sehat saja. Perdarahan dapat terjadi selagi penderita tidur atau bekerja biasa, perdarahan pertama biasanya tidak banyak, sehingga tidak akan berakibat fatal. Perdarahan ini biasanya berhenti spontan namun kemudian kambuh. Pada sebagian kasus terutama pada mereka yang plasentanya tertanam dekat tetapi tidak menutupi os serviks, perdarahan belum terjadi sampai persalinan dimulai. Janin mungkin masih hidup atau sudah mati, tergantung banyaknya perdarahan, sebagian besar kasus, janinnya masih hidup. Tidak nyeri dan perdarahan pervaginam berwarna merah terang pada umur kehamilan trimester kedua atau awal trimester ketiga merupakan tanda utama plasenta previa (Sarwono Prawiirohardjo, 1999 ; Yuwielueninet, 2008 ; Hanafiah, 2004).
5) Diagnosis Plasenta Previa
Diagnosis ditegakkan dengan adanya gejala-gejala klinis dan beberapa pemeriksaan :
1. Anamnesis
Gejala pertama ialah perdarahan pada kehamilan setelah 22 minggu atau pada kehamilan lanjut (trimester III). Sifat perdarahannya tanpa sebab (causeless), tanpa nyeri (painless), dan berulang (recurrent). Perdarahan timbul sekonyong-konyong tanpa sebab apapun. Kadang-kadang perdarahan terjadi sewaktu bangun tidur, pagi hari tanpa disadari tempat tidur sudah penuh darah. Perdarahan cenderung berulang dengan volume yang lebih banyak sebelumnya.
2. Pemeriksaan Luar
Bagian terbawah janin biasanya belum masuk pintu atas panggul. Apabila presentasi kepala, biasanya kepalanya masih terapung di atas pintu atas panggul atau mengolak ke samping, dan sukar didorong ke dalam pintu atas panggul. Biasanya tidak ada kontraksi uterus. Tidak jarang terdapat kelainan letak janin, seperti letak lintang atau letak sungsang.
3. Pemeriksaan inspekulo
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui apakah perdarahan berasal dari ostium uteri eksternum atau dari kelainan serviks dan vagina. Apabila perdarahan berasal dari ostium uteri eksternum maka perlu dicurigai adanya plasenta previa.
4. Penentuan letak plasenta tidak langsung
Penentuan letak plasenta secara tidak langsung dapat dilakukan dengan radiografi, radioisotope, dan ultrasonografi. Nilai diagnostiknya cukup tinggi di tangan ahli. Akan tetapi ibu dan janin dihadapkan pada bahaya radiasi yang cukup tinggi pula, sehingga cara ini juga mulai ditinggalkan.
5. Penentuan plasenta secara langsung
Untuk menegakkan diagnosis secara tepat tentang adanya dan jenis plasenta previa adalah dengan langsung meraba plasenta melalui kanaliis servikalis. Akan tetapi pemeriksaan ini sangat berbahaya karena dapat menimbulkan perdarahan yang banyak.
(Hanafiah, 2004 ; Sarwono Prawiirohardjo, 1999 ; Yuwielueninet, 2008)
6. Pemeriksaan dengan USG
Pemeriksaan untuk mengetahui letak plasenta, selalu dapat diketahui dengan USG (F. Gary Cunningham dkk, 2006).
6) Penatalaksanaan Plasenta Previa
1. Prinsip dasar penanganan
Penanganan pada plasenta previa terdiri dari penanganan konservatif dan penanganan aktif.
a. Penanganan Konservatif
Tujuan penanganan konservatif ini supaya janin tidak terlahir premature, penderita dirawat tanpa melakukan pemeriksaan dalam melalui kanalis servisis. Setiap ibu dengan perdarahan antepartum harus segera dikirim ke rumah sakit yang memiliki fasilitas melakukan tranfusi darah dan operasi. Perdarahan yang terjadi pertama kali sekali bahkan tidak pernah menyebabkan kematian asal sebelumnya tidak diperiksa dalam. Biasanya masih terdapat cukup waktu untuk mengirimkan penderita ke rumah sakit, sebelum terjadi perdarahan berikutnya yang biasanya volumenya lebih banyak daripada sebelumnya (dr Abadi Gunawan, SpOG, 2004 ; Sarwono Prawiirohardjo, 1999).
Perawatan konservatif berupa :
a. Lakukan rawat inap, tirah baring dan berikan antibiotic profilaksis
b. Lakukan pemeriksaan USG untuk mengetahui implantasi plasenta serta lakukan pemeriksaan Hb dan hematokrit.
c. Bila perdarahan berhenti dan waktu untuk mencapai 37 minggu masih lama, pasien dapat dipulang untuk rawat jalan (Yuwielueninet, 2008).
Syarat-syarat terapi ekspektif :
· Kehamilan preterm dengan perdarahan sedikit yang kemudian berhenti.
· Belum ada tanda-tanda in partu.
· Keadaan umum ibu cukup baik.
· Janin masih hidup (Yuwielueninet, 2008).
Bila pasien dalam keadaan syok karena pendarahan yang banyak, harus segera diperbaiki keadaan umumnya dengan pemberian infus atau tranfusi darah. Selanjutnya penanganan plasenta previa bergantung pada :
• Keadaan umum pasien, kadar Hb
• Jumlah perdarahan yang terjadi
• Umur kehamilan/taksiran BB janin
• Jenis plasenta previa
• Paritas clan kemajuan persalinan (dr.Abadi Gunawan, SpOG, 2004)
Bila selama 3 hari tidak terjadi perdarahan setelah melakukan perawatan konservatif maka lakukan mobilisasi bertahap. Pasien dipulangkan bila tetap tidak ada perdarahan. Bila timbul perdarahan segera bawa ke rumah sakit dan tidak boleh melakukan senggama.
b. Penanganan Aktif
Kalau perdarahan yang terjadi dapat membahayakan ibu atau janin, maka penanganan pasif harus ditinggalkan. Penanganan aktif berupa persalinan per vaginam dan persalinan per abdominal. Dalam hal ini pemeriksaan dalam harus dilakukan di meja operasi dalam keadaan siap operasi (Sarwono Prawiirohardjo, 1999).
Wanita hamil diatas 22 minggu dengan perdarahan pervagina yang aktif dan banyak, harus segera ditatalaksanakan secara aktif tanpa memandang moturitus janin. Wanita hamil diatas 22 minggu dengan perdarahan pervagina yang aktif dan banyak, harus segera ditatalaksanakan secara aktif tanpa memandang usia kehamilan. Lakukan PDMO jika:
a. Infus 1 transfusi telah terpasang.
b. Kehamilan > 37 minggu ( berat badan > 2500 gram ) dan inpartu.
c. Janin telah meninggal atau terdapat anomali kongenital mayor, seperti anesefali.
d. Perdarahan dengan bagian terbawah janin telah jauh melewati pintu atas panggul ( 2/5 atau 3/5 pada palpasi luar)
(Yuwielueninet, 2008)
2. Memilih cara persalinan
Pada umumnya memilih cara persalinan yang terbaik tergantung dari klasifikasi palsenta previa, paritas, dan banyaknya perdarahan. Beberapa hal lain yang harus diperrhatikan adalah apakah penderita pernah dilakukan pemeriksaan dalam atau penderita sudah mengalami infeksi (Sarwono Prawiirohardjo, 1999).
Plasenta previa totalis merupakan indikasi mutllak untuk seksio sesarea tanpa menghiraukan factor lain. Plasenta previa parsialis pada primigravida sangat cenderung untuk SC. Perdarahan yang banyak dan berulang merupakan indikasi mutlak untuk SC karena perdarahan tersebut biasanya disebabkan oleh plasenta previa yang lebih tinggi derajatnya daripada apa yang ditemukan pada pemeriksaan dalam (F. Gary Cunningham dkk, 2006).
Multigravida dengan plasenta letak rendah, plasenta previa marginalis atau plasenta previa parsialis pada pembukaan lebih dari 5 cm dapat ditanggulangi dengan pemecahan selaput ketuban. Akan tetapi apabila ternyata pemecahan selaput ketupan tidak mengurangi perdarahan yang timbul maka seksio sesarea harus dilakukan.
Prinsip utama dalam melakukan seksio sesarea adalah untuk menyelamatkan ibu, sehingga walaupun janin meninggal atau tak punya harapan untuk hidup, tindakan ini tetap dilakukan.
Tujuan seksio sesarea :
a. Melahirkan janin dengan segera sehingga uterus dapat segera berkontraksi dan menghentikan perdarahan. Tempat implantasi plasenta previa terdapat banyak vaskularisasi sehingga serviks uteri dan segmen bawah rahim menjadi tipis dan mudah robek. Selain itu, bekas tempat implantasi plasenta sering menjadi sumber perdarahan karena adanya vaskularisasi dan susunan serabut otot dengan korpus uteri.
b. Menghindarkan kemungkinan terjadinya robekan pada serviks uteri, jika janin dilahirkan pervaginam.
c. Persiapan darah pengganti untuk stabilisasi dan pemulihan kondisi ibu dan perawatan lanjut pasca bedah termasuk pemantauan perdarahan, infeksi, dan keseimbangan cairan masuk-keluar (Sarwono Prawirohardjo, 2005).
7) Komplikasi Plasenta Previa
1. Perdarahan yang dapat menyebabkan shock bahkan kematian.
2. Lahir premature. Plasenta previa dapat menyebabkan lahir premature.
3. Plasenta akreta. Pada kondisi ini, plasenta implantasi terlalu dalam dan kuat pada dinding uterin, yang menyebabkan sulitnya plasenta terlepas secara spontan plasenta saat melahirkan. Hal ini dapat menyebabkan perdarahan hebat dan perlu operasi histerektomi. Keadaan ini jarang, tetapi sangat khas mempengaruhi wanita dengan plasenta previa atau wanita dengan sesar sebelumnya atau operasi uterus lainnya.
4. Prolaps tali pusat.
5. Prolaps plasenta.
6. Robekan-robekan jalan lahir karena tindakan.
7. Perdarahan post portum.
8. Infeksi karena perdarahan yang banyak.
(Lusa, 2010).
8) Prognosis
Karena dahulu penanganan relatif bersifat konservatif, maka mortalitas dan morbiditas ibu dan bayi tinggi, mortalitas ibu mencapai 8-10 % dan mortalitas janin 50-80%. Sekarang penanganan relatif bersifat operatif dini, maka angka kematian ibu dan janin dapat ditekan (.Sarwono Prawiirohardjo, 2005).
No deposit casino site - ChoiceCasino
BalasHapus› slots › no-deposit › slots › no-deposit No Deposit Casino Casino offers 1xbet korean all new players a chance choegocasino to play a 바카라 huge range of casino games including Slots, Blackjack, Roulette, Poker and live